ANOTHER WORLD : PROLOG

3 minute read

 



Rembulan malam itu bersinar seperti biasanya. Menyinari gelapnya malam. Tanpa meragukan apapun. Lilin kerajaan bersinar dengan api yang ada di pucuknya. Angin malam itu bergerak agak laju. Para Pelayan setia kerajaan menjaga lilin agar tidak mati. Para Prajurit kerajaan berdiri tegap di masing-masing sudut kerajaan.

Detik-detik mencapai kebahagiaan kecil menyelimuti suasana kerajaan malam itu. "Ayo Yang Mulia! Yang Mulia pasti bisa!" Seru Tabib yang menyemangati Permaisuri untuk melahirkan keturunan baru. Memang sudah sembilan bulan Permaisuri Kerajaan United Land mengandung seorang bayi. Pada saat ini dia berusaha agar perjuangan menjaga bayi dalam kandungannya tidaklah sia-sia. Raja hanya bisa berdo'a agar proses bersalin berjalan dengan lancar.

Waktu hampir menuju tengah malam. Ternyata panjatan do'a Sang Raja tidaklah sia-sia. Setelah semua berjalan, Sang Raja masuk ke dalam kamar tempat Permaisuri melahirkan. Seorang bayi digendong oleh Tabib yang membantu proses bersalin. "Laki-laki atau perempuan bayinya?" Penasaran Sang Raja.

"Laki-laki Yang Mulia." Jawab Tabib.

"Wah! Laki-laki! Akhirnya anakku ada yang laki-laki!" Sang Raja bahagia mendengar kabar itu. "Sini biar aku menggendongnya!" Pinta Sang Raja. Lalu, Tabib memberikan bayi yang digendongnya kepada Sang Raja. "Akhirnya aku punya si cantik anak pertamaku dan si tampan anak keduaku ini. Hehehe." Sang Raja tertawa kecil. Permaisuri tersenyum melihat Sang Raja bahagia karena kelahiran anaknya.

Keesokan harinya keluarga kerajaan merayakan kelahiran anaknya itu. Sang Raja mengundang lima Pemimpin Negara di United Land sebagai saksi bahwa keturunan baru dari kerajaan pusat telah lahir. Pada hari itu juga Sang Raja memberikan sebuah sebuah nama untuk bayinya yaitu Aditya Teguh Satria.

Sekitar dua bulan bayi itu lahir, tak disangka bencana datang menimpa Kerajaan United Land. Para bangsa dari Negara Fire Land menyerang dan ingin merebut kekuasaan United Land. Permaisuri kebingungan harus mencari tempat yang untuk ia berlindung bersama anaknya. Akhirnya, ia memutuskan untuk menuju penjara bawah tanah. Hanya ada satu tahanan yang ada di penjara bawah tanah itu. Tahanan itu adalah Penyihir Elfa. Sebelumnya dia dituduh menaruh sebuah racun yang membuat sakit perut Sang Raja. Tuduhan itu menyebabkan dirinya masuk ke geruji besi. Permaisuri berlari menuju bawah tanah dan di sana ada dua Prajurit yang menjaga penjara. Permaisuri mendekati penjara. "Apakah saya boleh masuk ke penjara ini?" Tanya Permaisuri.

"Maaf Yang Mulia. Kami tidak bisa membuka penjara ini sembarangan tanpa izin dari Sang Raja." Balas salah satu Prajurit dengan sikap tegasnya.

Permaisuri itu mengerutkan keningnya. Keringat panik mengguyur tubuhnya. Menggendong anaknya yang tengah tidur dalam kekacauan. "Hey! Apakah kamu kebingungan mencari tempat perlindungan?" Sahut Penyihir Elfa. Kemudian, Permaisuri menghadap ke Penyihir Elfa dan membalasnya dengan mengangguk. "Jangan cari di sekitar kerajaan ini! Kau tak akan selamat. Menurut penglihatanku, hanya ada satu di antara kalian yang bisa selamat. Pilih bayimu atau nyawamu sendiri." Ucap Penyihir Elfa. "Saranku lebih baik kau relakan anak itu. Tenang. Maksud aku dia tidak akan mati. Dia akan ke dimensi lain dan dirawat oleh orang yang aku percayai di dimensi itu. 21 tahun yang akan datang dia akan kembali ke dunia ini. Tetapi, terserah kau juga mau selamat atau tidak. Mau atau tidak?" Tawar Penyihir Elfa.

Permaisuri menghela nafas seakan ingin melepaskan sesuatu. "Entah apa yang kau pikirkan. Aku tak akan peduli dengan perkataanmu." Tolak Permaisuri. Setelah itu, dia naik ke permukaan lagi. Tiba-tiba dia melihat cahaya lingkaran seperti membuka portal ke dunia lain. Beberapa benda dan orang tersedot oleh cahaya itu termasuk bayi yang ia bawa. Terlepas dari gendongannya karena kuatnya tarikan cahaya tersebut. Permaisuri itu mengejar, tapi sayangnya anaknya telah masuk ke dunia lain terlebih dahulu. Kini dia hanya bisa menjatuhkan lututnya ke tanah dan menangis melihat perpisahan dengan anaknya.

Beberapa saat kemudian, cahaya itu menghilang. Kekacauan pun masih berlanjut. Sang Raja masih melawan Raja dari Fire Land. Membuat keadaan semakin kacau. Tetapi, di tengah kekacauan itu, tiba-tiba Penyihir Elfa menghilang dari penjara. Prajurit yang menjaga terkejut melihat penjara yang dijaga kosong tidak ada makhluk hidup.

Ternyata Penyihir itu membantu Raja melawan Raja dari Fire Land hingga kalah dan kembali ke asal. Saat melawan, Raja terkena hipnotis dari Raja Fire Land dan pingsan. Akhirnya Penyihir Elfa berhasil mengalahkan musuh yang ia lawan itu. Karena berhasil membantu Raja melakukan perlawanan, Penyihir Elfa diberi kebebasan dari kekangan penjara.

Setelah sadar dari pingsan, Raja memiliki kesalahan dalam ingatannya. Dia hanya ingat kalau dia memiliki satu anak perempuan. Dia tak ingat dua bulan lalu istrinya baru melahirkan keturunan. Tetapi, mau bagaimana lagi. Hipnotis itu sangat kuat hingga membuat Raja hilang ingatannya. Para Tabib dan Penyihir belum menemukan cara agar ingatan Raja kembali.